Kamu tertunduk lemah, pikiranmu kosong, tatapanmu hampa, getir, kelam dan suram. Hidup sudah lama, tak punya apa-apa, tak ada yang membanggakan, tak ada cinta asmara, tak punya harta pesona dan tak punya sebuah harapan apapun untuk masa depanmu. Kamu kehilangan benda, kamu kehilangan kepercayaan, hilang teman, saudara dan orang-orang tak mau mengenalmu. Mereka menghinamu, mereka meremehkanmu, mereka membodohimu, mereka menganiaya dan mereka menyumpahimu sebagai makhluk bodoh, lemah, tak semangat dan pemalas, bukan sebagai manusia yang pantas hidup di dunia ini. Mereka inginkan kamu mati, sebab mereka telah lama dicekoki peribahasa: "hidup segan mati tak mau". Mereka muak melihatmu, mereka bosan mendengar ucapanmu, mereka lelah dengan segala keluhanmu, mereka ingin muntah mendengar prinsipmu dan mereka pergi tak acuh, mengira kamu telah gila. Kamu tak bisa apa-apa, cuma diam dan berkeluh kesah, meratapi nasib, mendebat Tuhan dan mengutuk malaikat suci serta mengobarkan api anti kemunafikan tanpa henti, tiap detik, menit, jam dan bahkan bertahun-tahun.
Kamu membayangkan keindahan dunia, ada kebahagiaan yang mestinya kamu juga ingin merasakannya. Kebahagiaan punya pekerjaan tetap, tabungan berbuku-buku, banyak teman, banyak saudara, banyak mitra kerja, banyak kolega, punya cinta asmara, punya kendaraan pribadi, dipuja wanita manapun, diberi kemudahan dalam kesusahan dan punya segumpal harapan di masa depan. Kamu berharap Tuhan segera memberimu bahagia, mencabut segala kesusahanmu dan menjamin masa depanmu di dunia dan akhirat nanti. Tapi semua ada prosedurnya, ada rencana, ada skenario, ada sketsa, ada takdir dan ada ada lainnya. Kamu harus mengikutinya, mengimaninya, menurutinya dan menerimanya dengan SEGALA kelemahanmu (sabar dan emosi) sebagai manusia. Kamu tetaplah manusia, manusia, manusia dan manusia yang selamanya takkan pernah bisa menjadi Hamba Tuhan yang sempurna.
No comments:
Post a Comment