Aku tahu Kau maha mendengar, bahkan isi hatiku pun Kau tahu. Aku pernah teriak satu huruf panjang (Aaaaaaaa....!!!!) di atas gunung, berharap di disitu lebih dekat dengan langit-Mu. Tapi ternyata langit masih tinggi dan kupikir itu konyol, tapi juga, aku merasa ringan dalam hatiku setelahnya. Aku jenuh dan bosan, Kau pasti tahu itu sebab Kau yang maha tahu.
Aku rentangkan dua tanganku, menengadah menatap langit-Mu. Sekilas memang cerah, tapi tak secerah langit nasibku. Aku yakin Kau melihatku, sebab Kau maha melihat dan tak pernah tidur ataupun berkedip sekalipun. Aku bersimpuh, diatas kerikil gunung dan rumput kecilnya. Belum kuletakkan tanganku yang terentang....hingga pada akhirnya kuletakkan, sebab tak seharusnya kulakukan selama itu karena aku masih didunia, aku masih membutuhkan tanganku untuk berbuat lainnya, demi perut dan nasibku.
Sekali lagi aku teriak, kemudian tertunduk....mau menangis dan meronta atas segala kesialan, yang menurut "bahasa-Mu" Kau sebut sebagai Cobaan/Ujian-Mu itu. Kamu sendiri yang bilang, bahwa Kau tak memberi suatu cobaan melebihi kemampuan makhluk-Mu....aku tahu itu, tapi aku merasa tak kuat bagaimana lagi???
Tiba-tiba Kau menamparku berupa angin dingin, Kau tak bicara tapi Kau paksa aku untuk menterjemahkannya. Aku tak bisa dan tetap diam, hingga Hikmahlah yang Kau layangkan padaku.
No comments:
Post a Comment