
Bicara tentang motivasi takkan ada habisnya. Selalu saja tercipta rangkaian kata baru. Baik itu motivasi dalam kerja, hidup, cinta maupun perang sekalipun. Itu bisa berasal dari pengalaman pribadi ataupun analisa. Tidak ada ruginya mencoba melakukannya dan tidak pula rugi jika tidak melakukannya. Tidak ada paksaan apapun untuk melakukannya. Anggap saja sebagai pemanis bibir atau sebagai pelipur lara...


Motivasi ada didalam buku, pengalaman pribadi, orang lain, literatur, koran dkk atau ada di ngiang-ngiang pinggir kuping yang memang agak tuli. Motivasi bukan pemecah masalah tapi juga bukan penjerumus masalah menjadi lebih bermasalah. Motivasi biasanya memberikan dorongan semangat dan penyadaran. Tergantung kita sendiri bagaimana menyikapinya atau ketika membacanya. Jangan membaca motivasi ketika anda dalam keadaan mabuk berat, On Fly SS atau dalam keadaan mengantuk banget setelah hampir 2 hari tidak tidur. Bacalah, ketika kamu merasa dalam "titik terendah"- yaitu ketika kamu hanya duduk/berbaring/jongkok lemah tak berdaya, tatapan kosong, badan lusuh, terhempas disudut gelap yg tak peduli keadaan sekitarmu, perut lapar dan mulut terbengong resah menahan tangis kepedihan dan kegagalan

.

Memang lebih enak mendengar langsung motivasi ketimbang membaca sendiri. Sebab tak semua orang merasa "beres" dengan masalah membaca ini. Ada yang tidak bisa membaca, ada yang bermasalah dengan matanya, ada yang merasa rendah diri ketika membaca, atau ada yang kurang suka membaca. Untuk mendengar langsung ini, disinilah peran motivator diperhitungkan. Ia harus pandai mengatur irama percakapan dan bukan bertanya melulu seperti interogator. Tidak boleh sok menggurui dan tolong katakan dengan kalimat umum yang mudah dipahami oleh pendengar (tidak) setia anda.

Pengalaman pribadi lebih berbobot nilainya daripada teori atau analisa para psikolog. Buktikan sendiri. Inilah indahnya hidup, yaitu ketika kita mampu memahami apa yang kita jalani, baik yang belum/sudah terjadi.

Tapi ada juga seorang motivator mata duitan! Aku pernah kirim SMS tentang permasalahanku sepanjang 6 SMS sekaligus. Aku memakai SMS bukannya pelit pulsa. Itu sudah kuperhitungkan dengan sibuk/tidaknya motivator itu. Dan aku sendiri punya "gejala" grogi bila bicara langsung, dan aku takut tidak akan berhasil karena rendahnya tingkat konsentrasi ketika bicara. Maka dengan SMS, aku punya waktu banyak untuk merangkai kata dan pertanyaan sesuai alur yang aku mau tanpa takut salah. Terus selanjutnya, ia tidak membalas SMS-ku. Kutunggu dan kupikir maklum saja mungkin ia masih sibuk. Tapi setelah seminggu berlalu dan sampai habis kesadaranku, ia tetep tak membalas SMS-ku. "Anjiiiiiiiiiiinnnggg...!!!"umpatku bernada 9 oktaf diatas sebuah menara membelah langit kelam saat itu.

Apalagi aku pernah ketemu dan ia memang tipe manusia panutan di sekitarnya. Begitu tahu seperti ini,kenapa mengaku jadi Ustadz, kalau dimintai tolong saja tidak membalas??? Jika benar ia ingin berjalan di Jalan-Nya, mungkin dengan senang hati akan membalas SMS-ku atau malah telepon langsung kepadaku tanpa mengharap apapun kecuali selain pahala nantinya.

"Jalani dan hadapi saja..." begitu kata burung gagak hitam yang selalu setia berdiri dipundak kiriku mengakhiri postingan ini.
Wassalam.
No comments:
Post a Comment