Sebulan dari tahun 2009 ini tak banyak perubahan yang kualami. Cuma rasa yang makin putus asa dan kebodohan. Semakin jauh aku "tertinggal" oleh jaman. Semakin sulit kenyataan yang kuhadapi. Terkadang aku merevisi kembali tujuanku disini. Berpikir dan mengkaji ulang, sebenarnya apa dan kenapa aku sampai kesini. Bukan penyesalan yang kurasakan tapi lebih dari perasaan "tersendiri". Benar, aku merasa sepi sekali... sekalipun aku begitu mudah melawannya dengan maen ps atau berjam-jam nongkrong di warkop sambil maen skak. Setelahnya, tetap saja seperti semula. Aku pernah berpikir picik==bunuh diri saja==
Setiap kali aku maen ke temanku kutisari atau kemana saja, aku selalu merasakan "ketertinggalan" itu. Temanku sudah mapan, beristri, beranak dan selalu bicara tentang masa depan. Aku terlempar jauh. Pikiranku melayang, betapa kecilnya aku ini. Kutatap sendiri kehidupan orang - orang yang dekat denganku dan aku semakin merasakannya....
Entah kapan aku bisa merubah hidup ini, rasanya tak kan ada waktunya sampai suatu ketika nanti. Inilah kenapa, kejadian-kejadian yang pernah kualami seperti terjadi baru kemarin. Disaat orang lain sudah lupa tapi tidak bagiku. Aku heran, kenapa aku selalu terhanyut akan masa lalu yang sama sekali tak ada gunanya selain sebagai hiasan reuni. kuTak kaget orang lain memandangku sebagai "anak kecil" yang belum pantas hidup.
Aku merasa belum siap dengan umurku. Itu kubandingkan dengan teman atau orang - orang yang pernah kulihat biodatanya, ternyata memang benar aku "kalah" jauh. Aku belum siap menerima kenyataan ini..... walaupun aku terkadang tak menyadarinya. Aku memang tak selalu bisa untuk menjadi yang seharusnya sudah hukum wajib bagi seorang perantauan. Pengeluaranku selalu boros. Tak tahan akan sebuah keharusan ini itu yang semua bermuara pada sikap hemat.
Utang yang sampai saat ini masih membebani belum terlunasi. Utang finansial dan utang budi. Dipojok ruangan aku sempat mencerca kegelapan hidupku ini pada Tuhan. Apakah aku terlahir sebagai manusia terkutuk yang harus mau menerima ini semua. Terlebih situasi global yang kayak taek ini. Mau kerja apa lagi yang bisa merubah hidup ini. Aku sudah bosan melamar kesana kemari yang tak selalu sukses sekaligus. Semua mesti ada episodenya. Dan itulah yang kubenci, ada saja kesialan.
Terbukti sudah kata psikolog. Umur 25 - 35 tahun adalah tinggi2nya tingkat kestresan seseorang. Kalau sudah begitu, apa aku harus menunggu sembilan tahun lagi untuk lepas dari ini semua??? Dancok! Untuk membayangkan saja, Aku tak mampu. Padahal dulu, aku mentarget = terakhir umur 30 tahun aku sudah nikah. Kenapa terakhir 30 tahun? Karena "nomor cantik" untuk nikah terjadi pada tahun itu, 12-12-2012! Yang pertama bagiku 07-07-2007( aku sempat berkata dan bercanda pada temanku cewek sekolah dulu ) sama sekali gagal tak terkira. Nomor yang pertama ini kurasa cukup ideal bagiku. Angka 07 adalah tanggal lahirku dan juga urutan silsilah keluargaku (aku anak ke-7) dan pada tahun 2007 umurku sudah 25 tahun, umur yang diakui/disarankan Nabi Besar Muhammad SAW dan dokter/psikolog sudah pantas untuk membangun keluarga sendiri/nikah. Tahun 2008, aku tak mampu lagi mentarget nomor cantiknya. Kubuang jauh - jauh di relung keresahan...Terus yang tahun ini? Aku tanyakan dulu pada keadaan, yang kurasa aku juga tak mampu lagi. Dancoooooook!!! jangankan nikah, pacar saja aku tak punya! Kalimat yang terakhir inilah sekelumit canda temanku yang kusambut dengan senyum kecut di pantat.
Cukuplah waktu yang memberiku jawaban nanti.....
Setiap kali aku maen ke temanku kutisari atau kemana saja, aku selalu merasakan "ketertinggalan" itu. Temanku sudah mapan, beristri, beranak dan selalu bicara tentang masa depan. Aku terlempar jauh. Pikiranku melayang, betapa kecilnya aku ini. Kutatap sendiri kehidupan orang - orang yang dekat denganku dan aku semakin merasakannya....
Entah kapan aku bisa merubah hidup ini, rasanya tak kan ada waktunya sampai suatu ketika nanti. Inilah kenapa, kejadian-kejadian yang pernah kualami seperti terjadi baru kemarin. Disaat orang lain sudah lupa tapi tidak bagiku. Aku heran, kenapa aku selalu terhanyut akan masa lalu yang sama sekali tak ada gunanya selain sebagai hiasan reuni. kuTak kaget orang lain memandangku sebagai "anak kecil" yang belum pantas hidup.
Aku merasa belum siap dengan umurku. Itu kubandingkan dengan teman atau orang - orang yang pernah kulihat biodatanya, ternyata memang benar aku "kalah" jauh. Aku belum siap menerima kenyataan ini..... walaupun aku terkadang tak menyadarinya. Aku memang tak selalu bisa untuk menjadi yang seharusnya sudah hukum wajib bagi seorang perantauan. Pengeluaranku selalu boros. Tak tahan akan sebuah keharusan ini itu yang semua bermuara pada sikap hemat.
Utang yang sampai saat ini masih membebani belum terlunasi. Utang finansial dan utang budi. Dipojok ruangan aku sempat mencerca kegelapan hidupku ini pada Tuhan. Apakah aku terlahir sebagai manusia terkutuk yang harus mau menerima ini semua. Terlebih situasi global yang kayak taek ini. Mau kerja apa lagi yang bisa merubah hidup ini. Aku sudah bosan melamar kesana kemari yang tak selalu sukses sekaligus. Semua mesti ada episodenya. Dan itulah yang kubenci, ada saja kesialan.
Terbukti sudah kata psikolog. Umur 25 - 35 tahun adalah tinggi2nya tingkat kestresan seseorang. Kalau sudah begitu, apa aku harus menunggu sembilan tahun lagi untuk lepas dari ini semua??? Dancok! Untuk membayangkan saja, Aku tak mampu. Padahal dulu, aku mentarget = terakhir umur 30 tahun aku sudah nikah. Kenapa terakhir 30 tahun? Karena "nomor cantik" untuk nikah terjadi pada tahun itu, 12-12-2012! Yang pertama bagiku 07-07-2007( aku sempat berkata dan bercanda pada temanku cewek sekolah dulu ) sama sekali gagal tak terkira. Nomor yang pertama ini kurasa cukup ideal bagiku. Angka 07 adalah tanggal lahirku dan juga urutan silsilah keluargaku (aku anak ke-7) dan pada tahun 2007 umurku sudah 25 tahun, umur yang diakui/disarankan Nabi Besar Muhammad SAW dan dokter/psikolog sudah pantas untuk membangun keluarga sendiri/nikah. Tahun 2008, aku tak mampu lagi mentarget nomor cantiknya. Kubuang jauh - jauh di relung keresahan...Terus yang tahun ini? Aku tanyakan dulu pada keadaan, yang kurasa aku juga tak mampu lagi. Dancoooooook!!! jangankan nikah, pacar saja aku tak punya! Kalimat yang terakhir inilah sekelumit canda temanku yang kusambut dengan senyum kecut di pantat.
Cukuplah waktu yang memberiku jawaban nanti.....
No comments:
Post a Comment