Ini adalah peringkat PERTAMA kisah menyedihkan dan memprihatinkan dalam hidupku, yang SEMENTARA ini belum ada kisah lain ( dalam hidupku sendiri ) yang mampu menyainginya.
Terjadi pada 16 juli 2008.
Semalam sebelumnya gak bisa tidur karena weteng luwe. Pagi bangun dengan rasa paling kubenci ( enak - enak'e turu di gugah oleh keadaan ) dan penuh keterpaksaan aku mandi. Habis mandi gak sarapan opo opo langsung berangkat menuju ke Jl PanjangJiwo Suroboyo. Kutemukan alamatnya dan langsung melamar seperti smsku kemarin sebelumnya pada orang yang belakangan kuketahui bernama Heru. Aku di tanya kerja sekarang apa besok? aku jawab besok aja. Aku keterima dan besok kerja. Pikirku aku seneng banget dapat kerja sesuai dengan keinginanku, yaitu NYABLON! habis nglamar, Pulang...aku sempet mikir begitu, tapi aku lihat jam masih pagi, dan ditasku masih ada satu surat lamaran yang kurencanakan sebelumnya, bila aku tidak diterima di kerjaan Heru, aku nglamar ke ngagel. Yo wes, akhire aku berangkat menuju ke ngagel mencari alamat depot yang membuka lowongan kerja.
Pikirku daripada surat lamaranku terbuang sia - sia karena expired date-nya hari ini. Duancok !!! Digolek'i ngaloor ngidul kok orenek'i piye?! aku muak banget dengan alamat rumah2 di ngagel yang semrawut tak tertata. Sampek mentok di ujung jalan ngagel tetap gak onok. Tanya orang situ katanya ada diselatan perempatan sana (perempatan ngagel ) Yo wes tak parani bek'eonok. DUANCOOKkk !!! wes teko nggone, jare wong kono kok gak onok!!! Jare onok ndek Utara tempatku tanya tadi!! COk cok iki seng bener sing endi!? Tak gawe nalar memang ada selatan, tapi kenyataannya disini nomor urutannya 100 keatas. Aku sik gak nyerah, aku ingin kembali ketemaptku tadi dan ingin MELABRAK orang yang menipuku tadi.
Dengan penuh amarah darah hitam, aku pancal pedah dibawah bayang bayang panas yang sangat menyengat dan rasa LAPAR serta HAUS di pantat. Ehh...baru ae mancal oleh 3 pancalan ban pedahku kroso gembos, aku nyoba mudun dan melihat, Ini bocor apa gembos?!
Aku balik ke tukang tamban ban yang kulewati sebelumnya. Aku liat duitku kari Rp.2000 pas! Tak ada lagi selain itu. Aku kompakne, oke lumayan. Wes akhire tak urungne ae ngalamar neng depot GATHEL iku! Aku siap muleh, PEDAH tak pancal oleh 10 pancalan, tiba tiba Thussttt...banku akhire BOCOOOOOORRR !!! DUANNNNcooookkkkk !!! Bagai setan yang tak kenal takut dan malu, aku ngumpat ngumpat sendiri dan ku IDONI ban pedah yang bocor itu,COK COK COK....kok onok ae perkorone! Aku ekpresi marah dan klo ada orang yang bikin tertawa pasti kubantai saat itu juga meski aku gak mungkin membunuh orang yang lebih kuat. ( sebab aku cuma mangan sego krupuk!)
Toleh toleh bergaya cari cari tukang tambal ban dan sampai ujung selatan jalan ngagel baru kutemukan. Aku tanyakan ada ban baru gak? Sing endi mas?"tanya tukang tambal ban itu. Aku jawab luar dalam. ( pikirku : arep tak bayar karo OPO?! ) Tapi bukan tuan muda kalo gak bisa berpikir jernih. Aku lagi berpikir mencari alasan, ehhh orang nya bilang gak punya yang pas ukurannya! COk lagi menghiasi bibirku yang seksi ini. Aku terus berjalan ke selatan sampai depan RSI dan ditanya beberapa orang kenapa? mau tembel ban ta?" aku cuma geleng kontol aja sambil mencari tambal ban yang tepat ( yang bisa kuajak kompromi halus ). Karena jalan depanku sudah jalan protokol ( jl A yani ), aku berhenti di tambal ban pinggir jalan yang orangnya seumuran ma aku. Aku duduk menunggu. Aku terdiam tak berdaya. Aku ambil sisa roti dalam tasku. Lumayan bisa ganjal perut yang terus teriak minta hak hak nya. Kuabaikan keadaan sekitar yang semrawut dengan sepuntung rokok Penamas Ijo menyumpal dibibir.
Setelah selesai ia NGGACOR ae perkoro nggolekne ban sing apik. Padahal aku gak njaluk sing apik, sing penting ora bocor ngono ae. Seperti orang bicara yang keluar dari tema, ia terus nggacor perkoro rego yang ujung2ujung aku ngerti ia minta dibayar duluan untuk beli ban di temannya ( katanya ). Karena sudah cukup muak dengan wajahnya aku suruh kembalikan banku yang sudah di preteli sebelumnya tadi. Aku langsung pergi meninggalkan orang bodoh yang tak tahu rejeki dan pahala.
Aku berpikir andai ia mau, aku titipkan pedah itu kepadanya, terus nanti sore aku ambil setelah aku dapat duit dari penjualan monitorku. Gitu ae, kok angel banget!!! Kenapa setiap perkara sepele yang kuhadapi selalu berujung kesialan?! Apakah aku yang terlalu menyepelekan masalah sepele?! Usai itu aku berjalan lagi dan belok ke arah RSal Dr soetomo. Pikirku di kampung pasti ada tambal ban yang 'aman' menurutku. Dengan cengar cengir dan abang ireng muka gue, aku ketemu dengan mas Tris kncone Tejo Kutisari. Aku jabat tangan dan kukatakan aku ipung temannya Tejo dulu sewaktu di kendangsari. Ia mencoba mengingat dan ia, DUUUAnnncook ...LALI! ora kenal siapa gue. Walau begitu ia masih mencoba mengingatnya. Aku senang ia sudah punya istri dan mau melahirkan. Ngomong - ngomong klo aku lagi cari tambal ban. Aku sendiri gak mau menjawabnya tapi matane wes kadung eruh lek banku gembos/bocor. Gak pakai lama ( karena perasaanku ia belum ingat siapa aku ) aku langsung pamit dan pergi ketimur menuju perumahan Bendul merisi selatan. Aku tolah toleh gak onok raine tambal ban. Sampai suatu ketika aku menemukannya di gubuk sempit dan ia terlihat mau tutup. Buru2 aku menghampirinya. Tambal pak?!" kataku menahan panas di tenggorokan. Duit kari 1500 tok! Bekas opo anyar?!" tanyanya sabar. Wes bekas ae" kataku. Bergaya orang kesusu dan berdompet tebal aku tanya piro pak sedoyo (ban njobo njero)" tak regani 30 ae kabeh sak masange" jawabnya penuh kedamaian di mataku. Aku katakan, besok mawon pak kulo pendet, sak niki bade kerjo" kataku penuh aroma dramatik. OOyo, gak popo, aku dewe yo arep sholat luhur sik".
Akhire aku berjalan enteng tanpa nuntun pedah bocor lagi. Otakku enteng meski sebenarnya penuh amarah dendam pada kesialan ini. Kulihat masjid gede ( belakang Marina Margomulyo ). aku jadi kepengen membasuh mukaku yang sangat kotor ini oleh debu debu. Ditempat wudu tak gawe suwe. Tolah toleh, gak onok uwong aku ngombe banyu kran sepuasnya. Habis sholat duhur, ternyata ketemu sama orang penolong tadi. Ia tanya kerja dimana? Sedati pak>jawabku dengan memandang wajahnya yang kaget, kok jauh amat"pikirnya.
Mulai dari sini aku berpikir, bagaimana mungkin aku jalan kaki ke sedati??? Arep naik angkot duit kari 1500 dan itu pasti gak cukup. aku terus berpikir bagaimana klo saja rokok yang kubawa ini kujual ke sopir angkot sebagai ganti ongkosnya. Masuk akal juga, tapi aku jadi takut dengan bayanganku sendiri. Bayangkan saja : dengan perut lapar dan tenggorokan haus, aku naik angkot dengan duit yg kurang. Andaipun sudah nyampe aku harus alasan apa pada sopir? kebayang aku ngomong wes pak tak bayar ambek rokok iki sebagai kurangane" aaahhh....aku makin takut membayangkan rasa malu dan gengsi membalut mukaku. wes nggaklah!!! wes tak mlaku ae !!! pikirku dalm perjalanan ini.
JAdilah aku jalan setapak demi setapak menuju sedati !!! Panas matahri terus menyengat (maklum masih jam satu siang) DUAAANnncokk....cok...cokk...begitulah aku terus menyumpah pada kesialan ini. Kok onok ae...urip wes susah, kok sik ditambahi susah!!! Memang apa dosa gue!? ratapku menatap langit berawan nan panas. Aku sempat berpikir mampir ke kutisari dan pinjam duit atau apa kepada Temanku Tejo. Tapi aku keburu gak enak hati. Dia dah banyak menolong aku, dan sedikitpun aku belum mampu memblasnya. Masak aku terus menumpuk utang budi pada orang lain??? Gak lah...wes tak terusne ae kaki ku menyusuri rungkut industri. Aku targetkan di pertigaan berbek industri aku istirahat. Dengan kegalauan aku masuk warung yang bukan langgananku. Pesan es marimas tok, gak wani pesan opo opo maneh! takut kurang! Kusulut rokok dan rasanya hambar, tapi akhirnya kuteruskan juga karena memang itu yang kupunya. Waktu sudah menunjukkan jam tiga sore, akupun melanjutkan melewati berbek industri.
Kulihat ada pentol ojek dan kubelikan saja duit sisa warung tadi (rp 500) Kirain dapat 5 biji pentol, ternyata cuma 3!!! Masya Alloh...kok larang emen cok! wes ora enak, neng cangkem tambah ngelak! Cok cok...sampai Daerah Kepuh Kiriman aku kembali istirahat di masjid. Sholat ashar dan kulihat jam setengah empat. Leyeh leyeh sik mengistirahatkan kaki. Jam empat kurang dikit baru aku ingat Yanto, jam segitu biasanya jam pulang. Buru buru aku berjalan walau aku pesimis dapat menemukannya. Kakiku melangkah ke pertigaan tambak sawah dan kutunggu gak muncul muncul raine yanto! Wah iki paling wes mulueh"pikirku. Jadi gak enak sama keadaan aku kembali berjalan lunglai menyusuri jalanan kepuh - sedati yang ramai oleh lalu lalang orang pulang kerja. Aku sempet berpikir mampir ke rumah Boneng,temenku, tapi aku baru ingat kalo kosnya boneng dah tak lewati tadi! ANcokkk...mosok arep balek sak mono adohe...? Kenapa gak kelingan kat mau??? Goblog ! Cengoh !
AKHIIRNYa sampai sedati tepat magrib. Langsung kubanting tas koclok pembawa sial itu. Setel musik sekeras kerasnya, gak peduli "anak anak anjing" ngomel! Kupreteli bajuku sampai sempak tok yg melekat! panas badan, panas otak, panas perut dan panas ati! Yanto teko langsung tak critakne opo onok'e. Ehh...dia cuma ngomong gak percaya dan ia tak habis pikir dengan kesialanku kali ini! Dia sempat mesem2 dan ada sedikit rasa prihatin kepadaku. Yahh...sekedar rasa prihatin. Mau apa lagi dia juga gak lebih baik dari keadaanku. Habis mandi aku kepikiran mangan wareg sepuasku di warung yang biasa kuutangi. Ngono yo sik onok eneh kesialane. Warunge tutup kat awan mau soale tonggo ngarepe onok sing mati! Dancooooooooooookkk....dengan segala rasa muak pada hidup ini, aku berjalan ke temannya yanto untuk utang. Dengan yanto aku mau menemuinya. Ternyata arek'e metu kat sore mau! bangsat...! apakah aku akan mati dengan rasa lapar?! Akhire aku ketemu teman lain, Gito anjing. Tanpa banyak cincong, kutodong ia dengan kalimat... UTANG DUITE! Sukses ! makan sak waregke !
Sesuai rencana semula, aku ma yanto membawa monitorku untuk kucairkan berupa duit dengan mas Samsul sedati gede. Untung kemarine aku wes ngadakan perjanjian ma dia. Walau mas samsul menanyakan keyakinanku untuk menjual monitorku, tapi aku tetap mengatakan, aku yakin! Wes yo opo eneh !? klao itu adalah jalan satu- satunya aku pegang uang. Duit 230 ribu ada ditangan! Sebenarnya 225 tapi yang lima ribu diberikan padaku, soalnya ada hubungan 'historis' antara aku dengan mas samsul. Mataku kembali berbinar pegang duit. Langsung aja meluncur ke warung kopi, melampiaskan dendam. Ngopi dan ngrokok untuk sedikit acara perpisahan dengan yanto karena esok pagi aku dah kerja di panjangjiwo! Tanpa kurasakan rasa pegal di kakiku. aku lanjutkan maen PS dengan yanto sampai jam satu malam! habis itu tidur dan tidurpun gak enak klo terlalu capek !!!
Wes ngene ae cerita sial ini aku sharing pada kalian semua. Klo mau kutulis lagi masih banyak stocknya. Cerita ini 100% benar dan tidak ada unsur ingin dikasihani atau apapun. Semoga ini tidak menjadikan kita marah pada keadaan. Nikmati aja hidup ini seperti aku 'menikamti' perjalanan 5 jam mulai dari ngagel - sedati.
Terjadi pada 16 juli 2008.
Semalam sebelumnya gak bisa tidur karena weteng luwe. Pagi bangun dengan rasa paling kubenci ( enak - enak'e turu di gugah oleh keadaan ) dan penuh keterpaksaan aku mandi. Habis mandi gak sarapan opo opo langsung berangkat menuju ke Jl PanjangJiwo Suroboyo. Kutemukan alamatnya dan langsung melamar seperti smsku kemarin sebelumnya pada orang yang belakangan kuketahui bernama Heru. Aku di tanya kerja sekarang apa besok? aku jawab besok aja. Aku keterima dan besok kerja. Pikirku aku seneng banget dapat kerja sesuai dengan keinginanku, yaitu NYABLON! habis nglamar, Pulang...aku sempet mikir begitu, tapi aku lihat jam masih pagi, dan ditasku masih ada satu surat lamaran yang kurencanakan sebelumnya, bila aku tidak diterima di kerjaan Heru, aku nglamar ke ngagel. Yo wes, akhire aku berangkat menuju ke ngagel mencari alamat depot yang membuka lowongan kerja.
Pikirku daripada surat lamaranku terbuang sia - sia karena expired date-nya hari ini. Duancok !!! Digolek'i ngaloor ngidul kok orenek'i piye?! aku muak banget dengan alamat rumah2 di ngagel yang semrawut tak tertata. Sampek mentok di ujung jalan ngagel tetap gak onok. Tanya orang situ katanya ada diselatan perempatan sana (perempatan ngagel ) Yo wes tak parani bek'eonok. DUANCOOKkk !!! wes teko nggone, jare wong kono kok gak onok!!! Jare onok ndek Utara tempatku tanya tadi!! COk cok iki seng bener sing endi!? Tak gawe nalar memang ada selatan, tapi kenyataannya disini nomor urutannya 100 keatas. Aku sik gak nyerah, aku ingin kembali ketemaptku tadi dan ingin MELABRAK orang yang menipuku tadi.
Dengan penuh amarah darah hitam, aku pancal pedah dibawah bayang bayang panas yang sangat menyengat dan rasa LAPAR serta HAUS di pantat. Ehh...baru ae mancal oleh 3 pancalan ban pedahku kroso gembos, aku nyoba mudun dan melihat, Ini bocor apa gembos?!
Aku balik ke tukang tamban ban yang kulewati sebelumnya. Aku liat duitku kari Rp.2000 pas! Tak ada lagi selain itu. Aku kompakne, oke lumayan. Wes akhire tak urungne ae ngalamar neng depot GATHEL iku! Aku siap muleh, PEDAH tak pancal oleh 10 pancalan, tiba tiba Thussttt...banku akhire BOCOOOOOORRR !!! DUANNNNcooookkkkk !!! Bagai setan yang tak kenal takut dan malu, aku ngumpat ngumpat sendiri dan ku IDONI ban pedah yang bocor itu,COK COK COK....kok onok ae perkorone! Aku ekpresi marah dan klo ada orang yang bikin tertawa pasti kubantai saat itu juga meski aku gak mungkin membunuh orang yang lebih kuat. ( sebab aku cuma mangan sego krupuk!)
Toleh toleh bergaya cari cari tukang tambal ban dan sampai ujung selatan jalan ngagel baru kutemukan. Aku tanyakan ada ban baru gak? Sing endi mas?"tanya tukang tambal ban itu. Aku jawab luar dalam. ( pikirku : arep tak bayar karo OPO?! ) Tapi bukan tuan muda kalo gak bisa berpikir jernih. Aku lagi berpikir mencari alasan, ehhh orang nya bilang gak punya yang pas ukurannya! COk lagi menghiasi bibirku yang seksi ini. Aku terus berjalan ke selatan sampai depan RSI dan ditanya beberapa orang kenapa? mau tembel ban ta?" aku cuma geleng kontol aja sambil mencari tambal ban yang tepat ( yang bisa kuajak kompromi halus ). Karena jalan depanku sudah jalan protokol ( jl A yani ), aku berhenti di tambal ban pinggir jalan yang orangnya seumuran ma aku. Aku duduk menunggu. Aku terdiam tak berdaya. Aku ambil sisa roti dalam tasku. Lumayan bisa ganjal perut yang terus teriak minta hak hak nya. Kuabaikan keadaan sekitar yang semrawut dengan sepuntung rokok Penamas Ijo menyumpal dibibir.
Setelah selesai ia NGGACOR ae perkoro nggolekne ban sing apik. Padahal aku gak njaluk sing apik, sing penting ora bocor ngono ae. Seperti orang bicara yang keluar dari tema, ia terus nggacor perkoro rego yang ujung2ujung aku ngerti ia minta dibayar duluan untuk beli ban di temannya ( katanya ). Karena sudah cukup muak dengan wajahnya aku suruh kembalikan banku yang sudah di preteli sebelumnya tadi. Aku langsung pergi meninggalkan orang bodoh yang tak tahu rejeki dan pahala.
Aku berpikir andai ia mau, aku titipkan pedah itu kepadanya, terus nanti sore aku ambil setelah aku dapat duit dari penjualan monitorku. Gitu ae, kok angel banget!!! Kenapa setiap perkara sepele yang kuhadapi selalu berujung kesialan?! Apakah aku yang terlalu menyepelekan masalah sepele?! Usai itu aku berjalan lagi dan belok ke arah RSal Dr soetomo. Pikirku di kampung pasti ada tambal ban yang 'aman' menurutku. Dengan cengar cengir dan abang ireng muka gue, aku ketemu dengan mas Tris kncone Tejo Kutisari. Aku jabat tangan dan kukatakan aku ipung temannya Tejo dulu sewaktu di kendangsari. Ia mencoba mengingat dan ia, DUUUAnnncook ...LALI! ora kenal siapa gue. Walau begitu ia masih mencoba mengingatnya. Aku senang ia sudah punya istri dan mau melahirkan. Ngomong - ngomong klo aku lagi cari tambal ban. Aku sendiri gak mau menjawabnya tapi matane wes kadung eruh lek banku gembos/bocor. Gak pakai lama ( karena perasaanku ia belum ingat siapa aku ) aku langsung pamit dan pergi ketimur menuju perumahan Bendul merisi selatan. Aku tolah toleh gak onok raine tambal ban. Sampai suatu ketika aku menemukannya di gubuk sempit dan ia terlihat mau tutup. Buru2 aku menghampirinya. Tambal pak?!" kataku menahan panas di tenggorokan. Duit kari 1500 tok! Bekas opo anyar?!" tanyanya sabar. Wes bekas ae" kataku. Bergaya orang kesusu dan berdompet tebal aku tanya piro pak sedoyo (ban njobo njero)" tak regani 30 ae kabeh sak masange" jawabnya penuh kedamaian di mataku. Aku katakan, besok mawon pak kulo pendet, sak niki bade kerjo" kataku penuh aroma dramatik. OOyo, gak popo, aku dewe yo arep sholat luhur sik".
Akhire aku berjalan enteng tanpa nuntun pedah bocor lagi. Otakku enteng meski sebenarnya penuh amarah dendam pada kesialan ini. Kulihat masjid gede ( belakang Marina Margomulyo ). aku jadi kepengen membasuh mukaku yang sangat kotor ini oleh debu debu. Ditempat wudu tak gawe suwe. Tolah toleh, gak onok uwong aku ngombe banyu kran sepuasnya. Habis sholat duhur, ternyata ketemu sama orang penolong tadi. Ia tanya kerja dimana? Sedati pak>jawabku dengan memandang wajahnya yang kaget, kok jauh amat"pikirnya.
Mulai dari sini aku berpikir, bagaimana mungkin aku jalan kaki ke sedati??? Arep naik angkot duit kari 1500 dan itu pasti gak cukup. aku terus berpikir bagaimana klo saja rokok yang kubawa ini kujual ke sopir angkot sebagai ganti ongkosnya. Masuk akal juga, tapi aku jadi takut dengan bayanganku sendiri. Bayangkan saja : dengan perut lapar dan tenggorokan haus, aku naik angkot dengan duit yg kurang. Andaipun sudah nyampe aku harus alasan apa pada sopir? kebayang aku ngomong wes pak tak bayar ambek rokok iki sebagai kurangane" aaahhh....aku makin takut membayangkan rasa malu dan gengsi membalut mukaku. wes nggaklah!!! wes tak mlaku ae !!! pikirku dalm perjalanan ini.
JAdilah aku jalan setapak demi setapak menuju sedati !!! Panas matahri terus menyengat (maklum masih jam satu siang) DUAAANnncokk....cok...cokk...begitulah aku terus menyumpah pada kesialan ini. Kok onok ae...urip wes susah, kok sik ditambahi susah!!! Memang apa dosa gue!? ratapku menatap langit berawan nan panas. Aku sempat berpikir mampir ke kutisari dan pinjam duit atau apa kepada Temanku Tejo. Tapi aku keburu gak enak hati. Dia dah banyak menolong aku, dan sedikitpun aku belum mampu memblasnya. Masak aku terus menumpuk utang budi pada orang lain??? Gak lah...wes tak terusne ae kaki ku menyusuri rungkut industri. Aku targetkan di pertigaan berbek industri aku istirahat. Dengan kegalauan aku masuk warung yang bukan langgananku. Pesan es marimas tok, gak wani pesan opo opo maneh! takut kurang! Kusulut rokok dan rasanya hambar, tapi akhirnya kuteruskan juga karena memang itu yang kupunya. Waktu sudah menunjukkan jam tiga sore, akupun melanjutkan melewati berbek industri.
Kulihat ada pentol ojek dan kubelikan saja duit sisa warung tadi (rp 500) Kirain dapat 5 biji pentol, ternyata cuma 3!!! Masya Alloh...kok larang emen cok! wes ora enak, neng cangkem tambah ngelak! Cok cok...sampai Daerah Kepuh Kiriman aku kembali istirahat di masjid. Sholat ashar dan kulihat jam setengah empat. Leyeh leyeh sik mengistirahatkan kaki. Jam empat kurang dikit baru aku ingat Yanto, jam segitu biasanya jam pulang. Buru buru aku berjalan walau aku pesimis dapat menemukannya. Kakiku melangkah ke pertigaan tambak sawah dan kutunggu gak muncul muncul raine yanto! Wah iki paling wes mulueh"pikirku. Jadi gak enak sama keadaan aku kembali berjalan lunglai menyusuri jalanan kepuh - sedati yang ramai oleh lalu lalang orang pulang kerja. Aku sempet berpikir mampir ke rumah Boneng,temenku, tapi aku baru ingat kalo kosnya boneng dah tak lewati tadi! ANcokkk...mosok arep balek sak mono adohe...? Kenapa gak kelingan kat mau??? Goblog ! Cengoh !
AKHIIRNYa sampai sedati tepat magrib. Langsung kubanting tas koclok pembawa sial itu. Setel musik sekeras kerasnya, gak peduli "anak anak anjing" ngomel! Kupreteli bajuku sampai sempak tok yg melekat! panas badan, panas otak, panas perut dan panas ati! Yanto teko langsung tak critakne opo onok'e. Ehh...dia cuma ngomong gak percaya dan ia tak habis pikir dengan kesialanku kali ini! Dia sempat mesem2 dan ada sedikit rasa prihatin kepadaku. Yahh...sekedar rasa prihatin. Mau apa lagi dia juga gak lebih baik dari keadaanku. Habis mandi aku kepikiran mangan wareg sepuasku di warung yang biasa kuutangi. Ngono yo sik onok eneh kesialane. Warunge tutup kat awan mau soale tonggo ngarepe onok sing mati! Dancooooooooooookkk....dengan segala rasa muak pada hidup ini, aku berjalan ke temannya yanto untuk utang. Dengan yanto aku mau menemuinya. Ternyata arek'e metu kat sore mau! bangsat...! apakah aku akan mati dengan rasa lapar?! Akhire aku ketemu teman lain, Gito anjing. Tanpa banyak cincong, kutodong ia dengan kalimat... UTANG DUITE! Sukses ! makan sak waregke !
Sesuai rencana semula, aku ma yanto membawa monitorku untuk kucairkan berupa duit dengan mas Samsul sedati gede. Untung kemarine aku wes ngadakan perjanjian ma dia. Walau mas samsul menanyakan keyakinanku untuk menjual monitorku, tapi aku tetap mengatakan, aku yakin! Wes yo opo eneh !? klao itu adalah jalan satu- satunya aku pegang uang. Duit 230 ribu ada ditangan! Sebenarnya 225 tapi yang lima ribu diberikan padaku, soalnya ada hubungan 'historis' antara aku dengan mas samsul. Mataku kembali berbinar pegang duit. Langsung aja meluncur ke warung kopi, melampiaskan dendam. Ngopi dan ngrokok untuk sedikit acara perpisahan dengan yanto karena esok pagi aku dah kerja di panjangjiwo! Tanpa kurasakan rasa pegal di kakiku. aku lanjutkan maen PS dengan yanto sampai jam satu malam! habis itu tidur dan tidurpun gak enak klo terlalu capek !!!
Wes ngene ae cerita sial ini aku sharing pada kalian semua. Klo mau kutulis lagi masih banyak stocknya. Cerita ini 100% benar dan tidak ada unsur ingin dikasihani atau apapun. Semoga ini tidak menjadikan kita marah pada keadaan. Nikmati aja hidup ini seperti aku 'menikamti' perjalanan 5 jam mulai dari ngagel - sedati.